BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh
individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang
tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu,
atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil (Siddiq, dkk. 2008:1-3).
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:7) Belajar merupakan tindakan
perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh
siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar.
Kunci
pokok pembelajaran itu ada pada seorang guru tetapi bukan berarti dalam proses
pembelajaran hanya guru yang aktif sedangkan siswa tidak aktif, pembelajaran
menuntut keaktifan kedua pihak. Suatu pembelajaran bisa dikatakan berhasil
secara baik jika guru mampu mengubah diri peserta didik serta mampu
menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman
yang diperoleh peserta didik selama proses pembelajaran itu dapat dirasakan
manfaatnya.
Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli
pendidikan dan psikologi adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru
dipelajarinya, atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa
sikap. Untuk mendapatkan perubahan tingkah laku tersebut, maka
diperlukan tenaga pengajar yang memadai. Pengajar atau disebut juga dengan
pendidik sangat berperan panting dalam proses pembelajaran. Pendidik yang baik
akan mampu membawa peserta didiknya menjadi lebih baik.
Guru,
instruktur atau dosen seringkali menyamakan istilah pengajaran dan
pembelajaran. Padahal pengajaran lebih mengarah pada pemberian pengetahuan dari
guru kepada siswa yang kadang kala berlangsung secara sepihak. Sedangkan
pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa
secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar,
karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi
pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian
pembelajaran.
Ilmu
pembelajaran menaruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan pemahaman dan
memperbaiki proses pembelajaran.
A.
Tujuan
1. Dapat
mengetahui pengertian belajar menurut para tokoh
2. Dapat
mengerti kelemahan dan kelebihan yang terdapat pada teori tersebut
3. Dapat
memahami implementasi teori dalam pendidikan Indonesia
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori belajar
behavioristik ?
2. Apa pengertian teori belajar menurut
thorndike dan bagaimana implementasi dalam pendidikan ?
3. Apa pengertian teori belajar menurut
vygotsky, landa , skinner, piaget, bandura, carl ransom, pask scott, dan
watson?
4. Apa saja kelemahan ndan kelebihannya
?
5. Apa implementasi teori tersebut jika
diterapkan dalam pendidikan ?
BAB
II
PEMBAHASAN
Teori-Teori
Belajar
1. Teori Belajar Menurut Gestalt
Teori
ini dicetuskan oleh Gestalt, menurut Gestalt teori ini sering kali disebut
Field Theory atau Insight Full Learning atau Insight Learning (pembelajaran
mendalam). Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia bukan sekedar makhluk
reaksi yang haya akan berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya.
Manusia adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani rohani. Sebagai
individu, manusia bereaksi atau berinteraksi dengan dunia luar melalui caranya
sendiri. Secara pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi kepada suatu
perangsang dan tidak pula reaksinya itu dilakukan secara membabi buta atau
secara trial and eror. Reaksi manusia terhadap dunia luar tergantung kepada
bagaimana ia menerima stimuli dan bagaimana serta apa motif-motif yang ada
padanya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kebebasan. Ia bebas memilih cara
bagaimana ia bereaksi distimuli mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya.
Dengan demikian, maka
belajar menurut psikologi Gestalt bukan hanya sekedar asosiasi antara
stimulus-stimulus yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan atau
ulangan-ulangan. Belajar menurut psikologi Gestalt terjadi jika ada
pengertian (Insight). Insight akan muncul apabila seseorang setelah
beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba muncul kejelasan,
dimengerti maknanya.
Belajar
adalah suatu proses penemuan dengan bantuan pengalaman-pengalaman yang
sudah ada. Manusia belajar memahami dunia sekitarnya dengan jalan mengatur,
menyusun kembali pengalaman-pengalamannya yang banyak dan berserakan menjadi
suatu struktur dan kebudayaan yang berarti dan dipahami olehnya. Belajar adalah
berkenaan dengan keseluruhan individu dan timbul dari interaksinya yang matang
dengan lingkungannya. Melalui interaksi ini, kemudian tersusunlah bentuk-bentuk
persepsi, imajinasi dan pandangan baru, kesemuanya secara bersama-sama
membentuk pemahaman atau wawasan (Insight), yang bekerja selama individu
melakukan pemecahan masalah. Walaupun demikian, pemahaman (Insight) itu barulah
berfungsi kalau ada persepsi atau tanggapan terhadap masalahnya, memahami
kesulitan, unsur-unsur dan tujuannya. Jadi, secara singkat belajar menurut
psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai berikut: pertama, dalam
belajar faktor pemahaman atau pengertian (Insight) merupakan faktor yang
penting. Dengan belajar kita akan dapat memahami atau mengerti hubungan antara
pengetahuan dan pengalaman. Kedua, dalam belajar, pribadi atau
organisme memegang peranan yang sangat sentral. Belajar tidak hanya dilakukan
secara relative-mekanistic, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan
bertujuan.
Kelemahan
dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Gestalt
A.
Kelemahan
-
Pemecahan masalah sangat
tergantung kepada pengamatan, apabila dapat melihat situasi dengan tepat
maka masalah “pencerahan” dan dapat memecahkanmasalah itu. Dan apabila
tidak bisa melihat situasi dengan tepat maka yang akan terjadi adalah
ketidakmampuan memecahkan masalah.
-
Bersifat holistik, molar, subyektif,
kognitif , dan fenomenologis.
-
Psikologi gestalt tergolong nativistik,
ia menekankan kemampuan dalam menjelaskan masalah belajar dan persepsi.
B.
Kelebihan
-
Proses perkembangan sebagai proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan,
sedangkan bagian-bagian adalah sekunder.
-
Aliran Neo-Gestalt, yang bentuk nyatanya
salah satu adalah aliran psikologi medan (yang dirintis oleh Kurt Lewin)
terhadap proses diferensiasi itu masih menambahkan lagi proses stratifikasi.
Sruktur pribadi digambarkan sebagai terdiri dari lapisan-lapisan (strata),
lapisan-lapisan itu makin lama makin bertambah.
Pandangan saya teori
diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada
teori ini dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa. Contoh: Bila menganalisis sesuatu tentu tidak hanya satu
penyebabnya namun dilihat dari berbagai unsur yang saling berkaitan dan
memiliki sebab akibat. Misalnya para pelaku penyimpangan sosial, mereka
melakukan itu tentu tidak semata-mata mereka ingin melakukan penyimpangan
tersebut, tetapi ada berbagai sebab yang membuat mereka melakukan hal tersebut
dan tentunya memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Prinsip ruang
hidup (life space) bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta
didik. Contoh: Dalam berbagai mata pelajaran, apalagi di bidang ilmu
sosial, diharapkan siswanya bukan hanya mampu memahami teori tetapi juga
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari apa yang ia pelajari.
2. Teori Belajar Menurut Thorndike
Teori
ini dicentuskan oleh Thorndike, menurut thorndike belajar adalah psoses
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan atau gerakan/tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut
thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan itu dapat berujud
kongkrit yaitu dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu tidak dapat diamati.
Meskipun aliran behavioristik sangat mengutamakan pengukuran, namun ia tidak
dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku- tingkah laku yang tidak
dapat diamati. Namun demikian teori ini telah banyak memberikan pemikiran dan
inspirasi kepada tokoh-tokoh lain yang datang kemudian. Teori Thorndike disebut
juga aliran koneksisme (Connectionism).
Kelemahan
dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Thorndike
A. Kelemahan
- Terlalu memandang
manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan hewan. Meskipun
banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa tingkah
laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error. Trial and error
tidak berlaku mutlak bagi manusia.
- Memandang
belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon. Sehingga
yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan
latihan – latihan, atau ulangan – ulangan yang terus – menerus.
- Karena belajar
berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak dipandangnya sebagai suatu
yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan pengertian sebagai unsur yang dan
respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pelajar
kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
B.
Kelebihan
Teori ini sering
juga disebut dengan teori trial dan error dalam teori
ini orang yang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak- banyaknya
sehingga orang akan terbiasa berpikir dan terbiasa mengembangkan pikirannya.
Pandangan saya teori diimpikasikan/diterapkan
dalam pendidikan di indonesia :
Pada teori ini setiap kemampuan siswa harus dilatih secara
efektif dan dikaitkan dengan kemampuan lain. Misalnya, kemapuan melakukan
operasi aritmetik (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) yang
telah dimiliki siswa, haruslah dilatih terus dengan mengerjakan soal-soal yang
berikaitan dengan operasi aritmetik.Dengan demikian kemampuan mengerjakan
operasi aritmetika tersebut menjadi mantap dalam pikiran siswa.Jadi, dapat
disimpulkan bahwa transfer belajar dapat tercapai dengan sering melakukan
latihan dan siswa lebih efesien ketika belajar.
3. Teori Belajar Menurut Skinner
Teori
ini dicetuskan oleh skinner, konsep-konsep tentang belajar menurut skinner
mampu menggungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat
menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih komperhensif. Menurut
skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi
dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Dikatakannya
bahwa respon yang diberikan oleh seseorang/siswa tidaklah sesederhana itu.
Sebab pada dasarmya stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan
saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus akan mempengaruhi
bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga dengan respon yang dimunculkan
akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi. Kosenkuensi-konsenkuensi inilah yang
pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya
perilaku.Oleh sebab itu untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar,
perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dan yang lainnya
serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang
mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon tersebut.
Skinner
juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai
alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Pandangan
teori belajar behavioristik ini cukup lama dianut oleh para guru dan pendidik.
Namun dari semua pendukung teori ini, teori skinnerlah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program
pembelajaran seperti Teaching Machine,
pembelajaran berprogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang
berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor
penguatan (reinformance), merupakan program-program pembelajaran yang
menerapkan teori belajar dikemukakan oleh skinner.
Kelemahan
dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Skinner
A.
Kelemahan
-
Tanpa adanya sistem
hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti
tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan
belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi
semakin berat.
-
Beberapa kekeliruan
dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara
untuk mendisiplinkan siswa.
-
Selain itu kesalahan
dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti
penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata
pelajaran.
-
Sebaliknya setiap anak
diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu
kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para
siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi,
menari atau olahraga.
B.
Kelebihan
-
Mencari
dan menentukan perilaku siswa sebelum mulai proses pembelajaran
-
Meningkatkan
perilaku positif siswa
-
Mendukung
perilaku positif siswa dengan cara memberi hadiah bagi siswa yang mempunyai
penguat positif
-
Menyusun
program pembelajaran setelah mengetahui perilaku siswa
Pandangan saya teori
diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada
teori ini , belajar yang menjelaskan bahwa sesuatu yang diikuti oleh
konsekuensi yang menyenangkan akan cenderung diulang-ulang. Bahan yang
dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis agar siswa dapat
mengerti dan mudah memahami, Hasil
berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa jika salah dibetulkan dan jika
benar diperkuat agar prestasi siswa meningkat , materi pelajaran yang digunakan
guru bersistem modul. Guru dalam proses belajar mengajar harus menggunakan
teaching machine dan dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk
mengindari pelanggaran agar tidak dapat hukuman.
4. Teori Belajar Menurut Piaget
Teori
ini dicetuskan oleh Piaget, Piaget adalah seorang tokoh psikologi yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses yang didasarkan
atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya
umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat
pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami
adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget tidak
melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang akan didefinisikan secara
kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya piker atau kekuatan mental anak yang
berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Jean Piaget menyebut bahwa
struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari
skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan
respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini
berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki
struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil.
Menurut Piaget,
intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,
1) Struktur ;
disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas
2) Isi ; disebut
juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi
sesuatu masalah.
3) Fungsi ;
disebut fungtion, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai
kemajuan intelektul.
Proses terjadinya
adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
1) Asimilasi
Adalah proses
pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam skemata yang telah
terbentuk / proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk mengatasi
masalah dalam lingkungannya.
2) Akomodasi
Adalah proses
pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak
langsung/ proses perubahan respons individu terhadap stimuli lingkungan.
Kelemahan
dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Piaget
A.
Kelemahan
-
Menyatakan
bahwa teori Piaget tidak mampu menjelaskan struktur, proses dan fungsi .
-
Dari
segi metodologi ini, metode klinis yang digunakan dalam penelitian Piaget di
mana penelitian dengan metode klinis sulit untuk diulang. Jadi, kesahihannya
adalah diragukan. Pengkritiknya juga menuduh Piaget membuat generalisasi dari
sampel-sampel yang ukurannya terlalu kecil dan tidak memenuhi standar.
B.
Kelebihan
-
Di
dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.
-
Bahasa
dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
-
Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
-
Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
-
Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
Pandangan saya teori
diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada
teori ini guru bertujuan agar siswa itu harus
memiliki hasil belajar yang lebih mantap, dan untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melaksanakan
tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih
terintegrasi. Dan dengan metode ini diharapkan siswa dapat belajar bebas tapi
bertanggung jawab, dan murid-murid akan berpengalaman, dan bisa mengetahui
berbagai kesulitan. Dengan metode ini siswa mendapatkan kesempatan untuk saling
membandingkan dengan hasil siswa yang lain, menarik anak didik agar belajar
lebih baik, punya tanggung jawab dan berdiri sendiri. Metode resitasi ini juga
digunakan atau di berikan untuk merangsang anak agar anak tekun, rajin, dan
giat belajar, sehingga pada pada saat kegiatan belajar mengajar mereka sudah
siap.Selain itu metode ini diberikan karena dirasa bahan pelajaran terlalu
banyak sementara waktu sedikit, dalam artian bahan banyak tapi waktu kurang
seimbang.Agar bahan yang diberikan dapat sesui dengan waktu yang ada maka
metode ini bisa diberikan. guru harus memperhatikan pemberian tugas diharapkan
agar mengecek tugas yang diberikan, sudah dikerjakan atau belum, kemudian
dievaluasikan untuk memotivasi siswa dan untuk mengetahui hasil kerja siswa.
5. Teori
Belajar Menurut Vygotsky
Teori ini dicetuskan oleh Vygotsky,
pandangan menurut vygotsky mampu mengakomodasi sociocultural-revolution .
Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar
sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya untuk memahami pikiran seseorang bukan
menelusuri apa yang ada dibalik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan
dari usul-usul tindakan sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari oleh
sejarah hidupnya (Moll & Greenberg,1990). Peningkatan fungsi-fungsi mental
seseorang berasal dari kehidupan sosial demikian antara lain berkaitan erat
dengan aktivitas-aktivitas dan bahasa yang digunakan. Kunci utama untuk memahami
psoses-proses sosial dan psikologis manusia adalah tanda-tanda atau lambang
yang berfungsi sebagai mediator (Wertsch, 1990). Mekanisme teori yang
digunakannya untuk menspesifikasi hubungan antara pendekatan sosio-kultural dan
pemfungsian mental didasarkan pada tema mediasi semiotic, yang artinya tanda-tanda atau lambang-lambang beserta
makna yang terkandung didalamnya berfungsi sebagai penengah antara rasionalitas
dalam pendekatan sosio-kultural dan manusia sebagai tempat berlangsungnya
psroses mental (Moll, 1994).
Menurut Vygotsky, perolehan
pengetahuan, dan perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran sosial
berfikir primer, sedangkan dimensi individualnya bersifat skunder (Palincser,
Wertsch, dan Tulviste, dalam Supraktinya, 2002). Artinya pengetahuan dan
perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial diluar
dirinya. Hl ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan
kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang
dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat
disebut dengan pendekatan kokonstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif
seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh
lingkungan sosial yang aktif pula. Konsep-Konsep penting teori sosiogenesis
Vygotsky tentang perkembagan kognitif yang sesuai dengan revolusi-sosiokultural
dalam teori belajar dan pembelajaran adalah hokum genetik tentang perkembangan
(genetic law of development), zona perkembangan proksimal (zona of proximal
development) dan mediasi.
Kelemahan dan Kelebihan Teori
Menurut Vygotsky
A.
Kelemahan
-
Dapat
dilihat bahwa dalam proses pembelajarannya, peran guru sebagai pendidik
sepertinya kurang begitu mendukung.
-
Cakupan
makna yang dipelajari menjadi lebih luas dan sulit untuk dipahami.
B.
Kelebihan
-
Berpikir.
Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk menyelesaikan
masalah, mencari ide dan membuat keputusan sendiri.
-
Paham.
Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru,
mereka akan lebih paham dan boleh mengaplikasikannya dalam semua situasi.
-
Ingat.
Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan mengingat
lebih lama semua konsep yang telah mereka pelajari. Melalui pendekatan ini
murid membina sendiri kepahaman mereka. Dengan ini, mereka akan lebih yakin
menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
Pandangan saya teori
diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada
teori ini peran guru dalam kelas harus memberikan panduan
sesuai dengan instruksi dalam aktivitas pembelajaran, dengan adanya petunjuk
atau instruksi akan berguna untuk mengajar anak didik sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. Setelah itu guru memonitor kemajuan pelajar, dan
kemudian secara berangsur-angsur menyerahkan lebih banyak aktivitas kepada
murid agar siswa semakin giat belajar . Peran guru pada saat itu hanya menyusun
latihan-latihan dimana siswa saling berkerjasama, dengan instruksi yang mereka
terima dari teman sebaya yang lebih mahir dari mereka akhirnya akan ditemukan
solusi selain itu juga dengan bermain peran sebagai guru.
6. Teori
Belajar Menurut Albert Bandura
Teori ini dicetuskan oleh Albert Bandura , ia
dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanad pada 04 Desember
1925. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran
social ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme
yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia
seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif
social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen
Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari
orang dewasa disekitarnya. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang
dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif
serta faktor perilaku memainkan peran penting dalam pembelajaran, faktor
kognitif berupa ekspektasi atau penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan.
Faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Menurut
Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model
merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam
konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku
dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh
pada pola belajar social jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan
dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain
judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik. Teori
belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada
seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan
diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana
dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari
pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan
salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu. Ada dua jenis
pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat
terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar
melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia
kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh
gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang
dialami orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku
model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan
negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan
sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat
pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu.
Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat
juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.
Seperti
pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran social
berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar
daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip
pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang.
Akan tetapi, teori – teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks
social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak
peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya,
sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah
laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi
dirinya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari
melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku (modeling). Dalam hal
ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau
tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca. Albert Bandura dan
Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang
juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa
peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model
(orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus.
Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau pembelajaran
melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori
pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang
sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental
seseorang.
Ciri – ciri teori
Pemodelan Bandura
Unsur pembelajaran
utama ialah pemerhatian dan peniruan
Tingkah laku model
boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain.
Pelajar meniru suatu
kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model.
Pelajar
memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif.
Kelemahan
dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Albert Bandura
A.
Kelemahan
Jika
siswa belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (
modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik
peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative termasuk perlakuan
yang tidak diterima dalam masyarakat.
B.
Kelebihan
-
Teori Albert Bandura lebih lengkap
dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan
dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut.
Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus
( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara
lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
-
Pendekatan teori belajar sosial lebih
ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasan merespon) dan imitation (
peniruan ). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya
penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini
berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor sosial
dan kognitif.
Pandangan saya teori
diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada teori ini proses
pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka belajar dapat
dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling. Kalau
siapapun yang ada di rumah atau di ingkungan anak sudah terbiasa belajar sejak
kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak secara terus menerus dalam
hidupnya. Kemudian anak ini difasilitasi dengan banyak media baik yang alami
maupun buatan untuk mendorong minat belajarnya, misalnya berupa buku bacaan,
buku tulis dan kelengkapannya, serta media cetak atau audio visual yang ditata
secara menarik di rumah atau kelompok kelompok belajar yang ada. Orang tua dan
guru harus berperan aktif agar si anak mau belajar . Proses seperti ini akan
mengkristal dalam jiwa dan pikir anak sehingga menjadi perilaku yang permanen
dalam hidupnya. Tidak akan mudah lekang oleh waktu dan tuntutan zaman yang
semakin tidak karuan.
7.
Teori Belajar Menurut Carl Ransom
Rogers
Teori
ini dicetuskan oleh Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park,
Illinois pada tanggal 8 Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan yang
fundamentalis. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
Kognitif (kebermaknaan)
Experiential (
pengalaman atau signifikansi)
Dalam keseharian di
sekolah alam sama sekali tidak ditemukan proses belajar dalam artian “formal”
dan konvensional. Dalam sekolah alam rasa keingintahuan anak dapat tersalurkan.
Apapun yang mereka inginkan dapat mereka temukan di sekolah alam. Anak
diberikan kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka tanpa dihalangi oleh
ruang kelas, pakaian, peraturan sekolah yang “mematikan” daya kreativitas
maupun guru yang terlalu mengatur sehingga mereka dapat menemukan sesuatu yang
penting dan berarti tentang mereka dan dunia yang mengelilinginya dalam
kegiatan belajar mereka. Siswa tidak hanya belajar dari teori-teori belaka yang
diberikan oleh guru, mereka justru memperoleh pengetahuan dari apa yang mereka
amati dan mereka perhatikan melalui proses belajar mereka. Kemampuan dasar yang
ingin ditumbuhkan pada anak-anak di sekolah alam adalah kemampuan membangun
jiwa, keinginan melakukan observasi, membuat hipotesa, serta kemampuan berfikir
ilmiah. Belajar di alam terbuka secara naluriah akan menimbulkan suasana fun,
tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran
pada anak-anak bahwa learning is fun, dan sekolah pun menjadi identik dengan
kegembiraan. Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi
juga dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari
setiap pembelajaran. Di sini anak juga diarahkan untuk memahami potensi
dasarnya sendiri. Setiap anak di hargai kelebihannya dan dipahami
kekurangannya. Mereka diarahkan untuk belajar secara aktif. Di mana guru
berperan sebagai fasilitator. Siswa belajar tidak untuk mengejar nilai, tetapi
untuk memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan anak
memiliki logika berpikir yang baik, mencermati alam lingkungannya menjadi media
belajarnya dengan metode action learning dan diskusi. Anak-anak ,tidak hanya
belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja.
Mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar dari alam
sekelilingnya. Jika dikaji dengan Teori Belajar Rogers, dapat kita simpulkan
sebagai berikut :
1.
Keinginan untuk belajar
Keinginan
ini dapat mudah dilihat dengan memperhatikan keingintahuan yang sangat dan
seorang anak ketika dia menjelajahi (mengeksplor) lingkungannya. Keingintahuan
anak yang sudah melekat atau sudah menjadi sifatnya untuk belajar adalah asumsi
dasar yang penting untuk pendidikan humanistic. Anak diberikan kebebasan untuk
memuaskan keingintahuan mereka tanpa dihalangi serta menemukan sesuatu yang
penting dan berarti tentang mereka.
2.
Belajar secara signifikan
Belajar
secara signifikan terjadi ketika belajar dirasakan relevan terhadap kebutuhan
dan tujuan siswa. Jika siswa belajar dengan baik dan cepat, humanis menganggap
ini adalah belajar secara signifikan. Belajr mempunyai tujuan dan kenyataannya
dimotivasi oleh kebutuhan untuk tahu.
3.
Belajar tanpa ancaman
Belajar yang paling
baik adalah memperoleh dan menguasai suatu lingkungan yang bebas dari ancaman.
Bahkan membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan celaan.
4.
Belajar atas inisiatif sendiri
Belajar akan paling
signifikan dan meresap ketika belajar itu atas inisiatif nya sendiri dan ketika
belajar melibatkan perasaan dan pikiran itu sendiri. Belajar atas inisiatif
sendiri melibatkan semua aspek seseorang, kognitif, efektif. Siswa akan merasa
dirinya lebih terlibat dalam belajar, lebih menyukai prestasi dan paling
penting lebih dimotivasi untuk belajar.
5.
Belajar dan berubah
Belajar yang paling
bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar. Pengetahuan berada dalam
keadaan yang terus berubah secara konstan, apa yang dibutuhkan seseorang adalah
individu yang mampu belajar dalam lingkungan yang mampu berubah.
Carl Ransom Rogers
(1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari 1902 di
sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Rogers membedakan dua tipe
belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. Experiential
( pengalaman atau signifikansi)
Dalam
keseharian di sekolah alam sama sekali tidak ditemukan proses belajar dalam
artian “formal” dan konvensional. Dalam sekolah alam rasa keingintahuan anak
dapat tersalurkan. Apapun yang mereka inginkan dapat mereka temukan di sekolah
alam. Anak diberikan kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka tanpa
dihalangi oleh ruang kelas, pakaian, peraturan sekolah yang “mematikan” daya
kreativitas maupun guru yang terlalu mengatur sehingga mereka dapat menemukan
sesuatu yang penting dan berarti tentang mereka dan dunia yang mengelilinginya
dalam kegiatan belajar mereka. Siswa tidak hanya belajar dari teori-teori
belaka yang diberikan oleh guru, mereka justru memperoleh pengetahuan dari apa
yang mereka amati dan mereka perhatikan melalui proses belajar mereka.
Kemampuan dasar yang ingin ditumbuhkan pada anak-anak di sekolah alam adalah
kemampuan membangun jiwa, keinginan melakukan observasi, membuat hipotesa,
serta kemampuan berfikir ilmiah. Belajar di alam terbuka secara naluriah akan
menimbulkan suasana fun, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian
akan tumbuh kesadaran pada anak-anak bahwa learning is fun, dan sekolah pun
menjadi identik dengan kegembiraan. Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar
penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti
keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Di sini anak juga diarahkan untuk
memahami potensi dasarnya sendiri. Setiap anak di hargai kelebihannya dan
dipahami kekurangannya. Mereka diarahkan untuk belajar secara aktif. Di mana
guru berperan sebagai fasilitator. Siswa belajar tidak untuk mengejar nilai,
tetapi untuk memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan anak
memiliki logika berpikir yang baik, mencermati alam lingkungannya menjadi media
belajarnya dengan metode action learning dan diskusi. Anak-anak ,tidak hanya
belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja.
Mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar dari alam
sekelilingnya. Jika dikaji dengan Teori Belajar Rogers, dapat kita simpulkan
sebagai berikut :
1. Keinginan
untuk belajar
Keinginan ini dapat
mudah dilihat dengan memperhatikan keingintahuan yang sangat dan seorang anak
ketika dia menjelajahi (mengeksplor) lingkungannya. Keingintahuan anak yang
sudah melekat atau sudah menjadi sifatnya untuk belajar adalah asumsi dasar
yang penting untuk pendidikan humanistic. Anak diberikan kebebasan untuk
memuaskan keingintahuan mereka tanpa dihalangi serta menemukan sesuatu yang penting
dan berarti tentang mereka.
2. Belajar
secara signifikan
Belajar secara
signifikan terjadi ketika belajar dirasakan relevan terhadap kebutuhan dan
tujuan siswa. Jika siswa belajar dengan baik dan cepat, humanis menganggap ini
adalah belajar secara signifikan. Belajr mempunyai tujuan dan kenyataannya
dimotivasi oleh kebutuhan untuk tahu.
3. Belajar
tanpa ancaman
Belajar yang paling
baik adalah memperoleh dan menguasai suatu lingkungan yang bebas dari ancaman.
Bahkan membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan celaan.
4. Belajar
atas inisiatif sendiri
Belajar akan paling
signifikan dan meresap ketika belajar itu atas inisiatif nya sendiri dan ketika
belajar melibatkan perasaan dan pikiran itu sendiri. Belajar atas inisiatif
sendiri melibatkan semua aspek seseorang, kognitif, efektif. Siswa akan merasa
dirinya lebih terlibat dalam belajar, lebih menyukai prestasi dan paling
penting lebih dimotivasi untuk belajar.
5. Belajar dan berubah
Belajar yang paling
bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar. Pengetahuan berada dalam
keadaan yang terus berubah secara konstan, apa yang dibutuhkan seseorang adalah
individu yang mampu belajar dalam lingkungan yang mampu berubah.
Kelemahan
dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Carl Ransom Rogers
A.
Kelemahan
-
Memberikan
kepercayaan kepada kelas agar memilih belajar secara terstruktur
-
Adanya
kontrak antara guru dan siswa
B.
Kelebihan
-
Guru
bertindak sebagai fasilitator belajar
-
Menggunakan
metode simulasi
-
Mengadakan
pelatihan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan
kelompok lain saat belajar
Pandangan saya teori
diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada teori ini guru lebih
mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat
diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok
sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya masing-masing di depan kelas.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti
terhadap materi yang diajarkan agar siswa lebih memahami pelajaran yag
diberikan guru. Guru yang baik menurut teori ini adalah Guru yang memiliki rasa
humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan
baik mudah dan wajar dengan guru seperti itu maka siswa akan menyukai pelajaran
yang diberikan guru tersebut.
8. Teori
Belajar Menurut Pask & Scott
Teori ini dicetuskan oleh Pask dan
Scott , Menurut mereka ada dua macam cara berpikir yaitu cara berpikir seralis
dan cara berpikir wholist atau menyeluruh. Pendekatan seralis yang
dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algotrimik. Namun apa yang
di katakana sebagai cara berpikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan cara
berpikir heuristic. Bedanya cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang
cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem
informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang diamati lebih
dahulu, melaikan seluruh lukisan itu sekaligus baru sesudah itu ke
bagian-bagian yang lebih detail. Sedangkan cara berpikir heuristik yang
dikemukakan oleh landa adalah car
berpikir devergen mengarah kebeberapa aspek sekaligus. Siswa cenderung
dilakukan dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus
atau detail. Sedangkan siswa tipe seralist dalm mempelajari sesuatu cenderung
menggunakan cara berpikir secara algometrik. Teori sibernetik sebagai teori
belajar sering kali yang dipelajari. Teorian pencipta. Berdasarkan pandangan tersebut mka diasumsikan bahwa manusia
merupakan makhluk yang mampu mengolah, menyimpan, mengorganisasikan informasi.
Kelemahan dan Kelebihan Teori
Belajar Menurut Pask & Scott
A.
Kelemahan
Teori
ini dikritik karena secara tidak langsung membahas tentang proses belajar
sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia
psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena
pegetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sanagat terbatas maka terbatas pula
kemampuan untuk menerapkan teori ini.
B.
Kelebihan
-
Adanya keterarahan seluruh kegiatan
belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
-
Adanya transfer belajar pada lingkungan
kehidupan yang sesungguhnya
-
Kontrol belajar memungkinkan belajar
sesuai dengan irama masing-masing individu
-
Siswa berpikir secara
algometrik
Pandangan saya teori
diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Teori ini guru harus sejalan dengan perkembangan teknologi
dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik belajar adalah pemprosesan
informasi. Teori ini lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi
yang dipelajari agar siswa tidak ketinggalan dalam pelajaran yang diberikan
dengan teknologi guru dan siswa semakin mudah dalam proses belajar dan
mengajar.
9. Teori
Belajar Menurut Watson
Teori ini dicetuskan oleh Watson,
Watson adalah tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah thorndike. Menurut
Watson belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimul
dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati
(observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia
menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap
mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun
smua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum
karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris resmi, karena
kajiannya tentang belajar di sejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika
atau biologu yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu
sejauh dapat diamati dan diukur. Asumsinya bahwa, hanya dengan cara yang bakal
terjadi setelah seseoramg melakukan tindak belajar.
Kelemahan dan Kelebihan Teori
Belajar Menurut Watson
A.
Kelemahan
-
Tingkah
laku siswa tidak dapat diukur dan diamati
-
Guru
harus memperhatikan siswa bagaimana respon ketika diberikan materi
-
Teori
ini tidak dapat menjelaskan apakah siswa telah belajar atau belum karena tidak
dapat diamati
B.
Kelebihan
Pada teori ini siswa mengalami
perubahan mental dan tingkah laku setelah ia belajar dengan efektif , dan guru
memotivasi agar siswa dapat berpikir rasional .
Pandangan saya teori
diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada teori ini pengetahuan telah terstruktur dengan rapi,
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pebelajar. Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma
untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru
tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran
disusun secara kompleks dan efektif siswa akan mudah menangkap atau merspon.
10.
Teori Belajar Menurut Landa
Teori ini dicetuskan oleh Landa, ia membedakan
ada dua macam proses berpikir, yaitu proses berpikir algometri dan proses
berpikir heuristik. Proses berpikir algometric yaitu proses berpikir yang
sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus menuju kesatu target
tujuan tertentu. Contoh-contoh proses algometrik misalnya kegiatan menelpon,
menjalankan mesin mobil, dan lain-lain. Sedangka cara berpikir heuristik, yaitu
cara berpikir devergen, menuju kebeberapa target sekaligus. Memahami suatu
konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang
untuk menggunakan cara berpikir heuristik. Contoh proses berpikir heuristik
misalnya operasi pemilihan atribut geometri, penemuan cara pemecahan masalah,
dan lain-lain.
Proses belajar akan berjalan dengan
baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak
dipecahkan (dalam istilah teori sibernetik adalah sistem informasi yang hendak
dipelajari) diketahui cirri-cirinya. Materi pembelajaran tertentu akan lebih
tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi
pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk terbuka dan
member kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir. Misalnya agar
siswa mampu memahami suatu rumusan matematika, mungkin akan lebih efektif jika
presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algometric.
Alasannya karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti urutan tahap demi
tahapyang sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun untuk
memahami makna suatu konseop yang lebih luas dan banyak mengandung
interprestasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan lebih baik jika
proses berpikir siswa dibimbing ke arah yang “ menyebar” atau berpikir
heuristik , dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal,
monoton, dogmatic atau linier.
Kelemahan dan Kelebihan Teori
Belajar Menurut Landa
A.
Kelemahan
Terlalu
menekankan pada sisteminformasi
yang dipelajari, dan kurangmemperhatikan bagaimana prosesbelajar
B.
Kelebihan
-
Dalam
teori ini siswa dapat berpikir secara sistematis atau tahap ke tahap ketika
belajar
-
Materi
pelajaran yang diberikan guru lebih efektif, linier, dan sistematis materi yang
diberikan guru bersifat tertbuka agar siswa dapat berimajinasi tentang pelajran
yang diberikan guru
-
Kapabilitas
belajar dapat disajikanlebih lengkap.
Pandangan saya teori
diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Teori ini guru harus mengelolahan
informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar
adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan
perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu dan siswa berfikir
sistematis ketika belajar agar hasilnya pun sesuai dengan yang ia lakukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengetahui sesuatu yang belum diketahui, atau keinginan untuk merubah suatu
kebiasaan yang belum maju ke arah lebih maju. Sementara pembelajaran adalah
kegiatan timbal balik antara yang siswa dengan guru atau guru dengan siswa.
Pembelajaran memberikan kesan saling belajar, saling berdiskusi dan saling
memberi. Dengan kemajuan teknologi, boleh jadi anak didik tahu materi pelajaran
yang mungkin belum diketahui oleh guru maka guru boleh juga bertanya kepada
siswa atau meminta penjelasan dari siswa, juga sebaliknya sebagai tugas guru
adalah mengajar (materi yang sesuai dengan tuntunan kurikulum pendidikan guna
untuk memberikan pengetahuan baru kepada siswa). Selanjutnya, belajar merupakan
kegiatan orang sehari‑hari. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami)
oleh orang yang sedang belajar, dan dapat diamati oleh orang lain. Belajar yang
dihayati oleh anak didik dan ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang
dilakukan oleh pendidik/guru. Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh anak
didik terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang.sebagai
guru harus memberikann pelajaran yang efektif agar siswa dapat memahaminya.
B. Saran
-
Para
pembaca mampu menerapkan gaya belajar efektif dalam kehidupan sehari-hari atau
dalam pendidikan.
-
Sebaiknya
pihak guru / sekolah memberikan berbagai penyuluhan kepada orang tua / murid
tentang betapa pentingnya belajar efektif.
-
Diharapkan
para orang tua mampu mengarahkan anak-anaknya untuk belajar secara efektif
dengan baik.
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono
DAFTAR PUSTAKA
Beihler,
R.F. Snowman, J. (1982). Psychology Applied to Teaching, Fourth Edition,
Boston: Houghton Mifflin Company.
Dahar,
R. W, (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Degeng,
I.N.S., (1989). Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud, Dirjen
Dikti, P2LPTK.
Dimyati,
M (1989), Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK
Dahar,
R. W., (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK
Suciati
& Irawan, P. (2001). Teori belajar & Motivasi. Jakarta: Depdiknas,
Dirjen PT, PAU.
Teori
Soekamto, dkk., (1992). Prinsip Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas,
Dirjen PT-PAU.
saya sangat menyukai informasi anda dalam meningkatkan kemampuan pengetahuan saya, trimakasih
BalasHapus