Jumat, 08 Mei 2015

Teori Belajar



BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang

Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil (Siddiq, dkk. 2008:1-3). Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:7) Belajar merupakan tindakan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar.
Kunci pokok pembelajaran itu ada pada seorang guru tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedangkan siswa tidak aktif, pembelajaran menuntut keaktifan kedua pihak. Suatu pembelajaran bisa dikatakan berhasil secara baik jika guru mampu mengubah diri peserta didik serta mampu menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya.
Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa sikap. Untuk mendapatkan perubahan tingkah laku tersebut, maka diperlukan tenaga pengajar yang memadai. Pengajar atau disebut juga dengan pendidik sangat berperan panting dalam proses pembelajaran. Pendidik yang baik akan mampu membawa peserta didiknya menjadi lebih baik.
Guru, instruktur atau dosen seringkali menyamakan istilah pengajaran dan pembelajaran. Padahal pengajaran lebih mengarah pada pemberian pengetahuan dari guru kepada siswa yang kadang kala berlangsung secara sepihak. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu  kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.
Ilmu pembelajaran menaruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran.

A.    Tujuan
1.      Dapat mengetahui pengertian belajar menurut para tokoh
2.      Dapat mengerti kelemahan dan kelebihan yang terdapat pada teori tersebut
3.      Dapat memahami implementasi teori dalam pendidikan Indonesia

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian teori belajar behavioristik ?
2.      Apa pengertian teori belajar menurut thorndike dan bagaimana implementasi dalam pendidikan ?
3.      Apa pengertian teori belajar menurut vygotsky, landa , skinner, piaget, bandura, carl ransom, pask scott, dan watson?
4.      Apa saja kelemahan ndan kelebihannya ?
5.      Apa implementasi teori tersebut jika diterapkan dalam pendidikan ?











BAB II
PEMBAHASAN


Teori-Teori Belajar

1.      Teori Belajar Menurut Gestalt

Teori ini dicetuskan oleh Gestalt, menurut Gestalt teori ini sering kali disebut Field Theory atau Insight Full Learning atau Insight Learning (pembelajaran mendalam). Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia bukan sekedar makhluk reaksi yang haya akan berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya. Manusia adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani rohani. Sebagai individu, manusia bereaksi atau berinteraksi dengan dunia luar melalui caranya sendiri. Secara pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi kepada suatu perangsang dan tidak pula reaksinya itu dilakukan secara membabi buta atau secara trial and eror. Reaksi manusia terhadap dunia luar tergantung kepada bagaimana ia menerima stimuli dan bagaimana serta apa motif-motif yang ada padanya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kebebasan. Ia bebas memilih cara bagaimana ia bereaksi distimuli mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya.
Dengan demikian, maka belajar menurut psikologi Gestalt bukan hanya sekedar asosiasi antara stimulus-stimulus yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan. Belajar menurut psikologi Gestalt terjadi jika ada pengertian (Insight). Insight akan muncul apabila seseorang setelah beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba muncul kejelasan, dimengerti maknanya.
Belajar adalah suatu proses penemuan dengan bantuan pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Manusia belajar memahami dunia sekitarnya dengan jalan mengatur, menyusun kembali pengalaman-pengalamannya yang banyak dan berserakan menjadi suatu struktur dan kebudayaan yang berarti dan dipahami olehnya. Belajar adalah berkenaan dengan keseluruhan individu dan timbul dari interaksinya yang matang dengan lingkungannya. Melalui interaksi ini, kemudian tersusunlah bentuk-bentuk persepsi, imajinasi dan pandangan baru, kesemuanya secara bersama-sama membentuk pemahaman atau wawasan (Insight), yang bekerja selama individu melakukan pemecahan masalah. Walaupun demikian, pemahaman (Insight) itu barulah berfungsi kalau ada persepsi atau tanggapan terhadap masalahnya, memahami kesulitan, unsur-unsur dan tujuannya. Jadi, secara singkat belajar menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai berikut: pertama, dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian (Insight) merupakan faktor yang penting. Dengan belajar kita akan dapat memahami atau mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Kedua, dalam belajar, pribadi atau organisme memegang peranan yang sangat sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara relative-mekanistic, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan.






Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Gestalt
A.    Kelemahan

-          Pemecahan masalah sangat tergantung kepada pengamatan, apabila dapat melihat situasi dengan tepat maka masalah “pencerahan” dan dapat memecahkanmasalah itu. Dan apabila tidak bisa melihat situasi dengan tepat maka yang akan terjadi adalah ketidakmampuan memecahkan masalah.
-          Bersifat holistik, molar, subyektif, kognitif , dan fenomenologis.
-          Psikologi gestalt tergolong nativistik, ia menekankan kemampuan dalam menjelaskan masalah belajar dan persepsi.


B.     Kelebihan

-          Proses perkembangan sebagai proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder.
-          Aliran Neo-Gestalt, yang bentuk nyatanya salah satu adalah aliran psikologi medan (yang dirintis oleh Kurt Lewin) terhadap proses diferensiasi itu masih menambahkan lagi proses stratifikasi. Sruktur pribadi digambarkan sebagai terdiri dari lapisan-lapisan (strata), lapisan-lapisan itu makin lama makin bertambah.

Pandangan saya teori diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada teori ini dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. Contoh: Bila menganalisis sesuatu tentu tidak hanya satu penyebabnya namun dilihat dari berbagai unsur yang saling berkaitan dan memiliki sebab akibat. Misalnya para pelaku penyimpangan sosial, mereka melakukan itu tentu tidak semata-mata mereka ingin melakukan penyimpangan tersebut, tetapi ada berbagai sebab yang membuat mereka melakukan hal tersebut dan tentunya memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Prinsip ruang hidup (life space) bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. Contoh: Dalam berbagai mata pelajaran, apalagi di bidang ilmu sosial, diharapkan siswanya bukan hanya mampu memahami teori tetapi juga menerapkan dalam kehidupan sehari-hari apa yang ia pelajari.

  


2.     Teori Belajar Menurut Thorndike

Teori ini dicentuskan oleh Thorndike, menurut thorndike belajar adalah psoses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan itu dapat berujud kongkrit yaitu dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu tidak dapat diamati. Meskipun aliran behavioristik sangat mengutamakan pengukuran, namun ia tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku- tingkah laku yang tidak dapat diamati. Namun demikian teori ini telah banyak memberikan pemikiran dan inspirasi kepada tokoh-tokoh lain yang datang kemudian. Teori Thorndike disebut juga aliran koneksisme (Connectionism).

Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Thorndike
A.  Kelemahan
- Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error. Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia. 
-  Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan – latihan, atau ulangan – ulangan yang terus – menerus.
- Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan pengertian sebagai unsur yang dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.

B.     Kelebihan
 Teori ini sering juga disebut dengan teori trial dan error  dalam teori ini orang yang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak- banyaknya sehingga orang akan terbiasa berpikir dan terbiasa mengembangkan pikirannya.

Pandangan saya teori diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada teori ini setiap kemampuan siswa harus dilatih secara efektif dan dikaitkan dengan kemampuan lain.  Misalnya, kemapuan melakukan operasi aritmetik (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) yang telah dimiliki siswa, haruslah dilatih terus dengan mengerjakan soal-soal yang berikaitan dengan operasi aritmetik.Dengan demikian kemampuan mengerjakan operasi aritmetika tersebut menjadi mantap dalam pikiran siswa.Jadi, dapat disimpulkan bahwa transfer belajar dapat tercapai dengan sering melakukan latihan dan siswa lebih efesien ketika belajar.

3.     Teori Belajar Menurut Skinner

Teori ini dicetuskan oleh skinner, konsep-konsep tentang belajar menurut skinner mampu menggungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih komperhensif. Menurut skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Dikatakannya bahwa respon yang diberikan oleh seseorang/siswa tidaklah sesederhana itu. Sebab pada dasarmya stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga dengan respon yang dimunculkan akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi. Kosenkuensi-konsenkuensi inilah yang pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku.Oleh sebab itu untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dan yang lainnya serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon tersebut.
Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Pandangan teori belajar behavioristik ini cukup lama dianut oleh para guru dan pendidik. Namun dari semua pendukung teori ini, teori skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguatan (reinformance), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar dikemukakan oleh skinner.

Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Skinner
A.    Kelemahan

-          Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
-          Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa.
-          Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran.
-          Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.


B.      Kelebihan

-          Mencari dan menentukan perilaku siswa sebelum mulai proses pembelajaran
-          Meningkatkan perilaku positif siswa
-          Mendukung perilaku positif siswa dengan cara memberi hadiah bagi siswa yang mempunyai penguat positif
-          Menyusun program pembelajaran setelah mengetahui perilaku siswa

Pandangan saya teori diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada teori ini , belajar yang menjelaskan bahwa sesuatu yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan akan cenderung diulang-ulang. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis agar siswa dapat mengerti dan mudah memahami,  Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat agar prestasi siswa meningkat , materi pelajaran yang digunakan guru bersistem modul. Guru dalam proses belajar mengajar harus menggunakan teaching machine dan dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak dapat hukuman.



4.     Teori Belajar Menurut Piaget

Teori ini dicetuskan oleh Piaget, Piaget adalah seorang tokoh psikologi yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang akan didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya piker atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil.
Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,
1)     Struktur ; disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas
2)     Isi ; disebut  juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah.
3)     Fungsi ; disebut fungtion, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektul.

Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1)      Asimilasi
Adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam skemata yang telah terbentuk / proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk mengatasi masalah dalam lingkungannya.
2)     Akomodasi
Adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung/ proses perubahan respons individu terhadap stimuli lingkungan.

Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Piaget

A.    Kelemahan
-          Menyatakan bahwa teori Piaget tidak mampu menjelaskan struktur, proses dan fungsi .
-          Dari segi metodologi ini, metode klinis yang digunakan dalam penelitian Piaget di mana penelitian dengan metode klinis sulit untuk diulang. Jadi, kesahihannya adalah diragukan. Pengkritiknya juga menuduh Piaget membuat generalisasi dari sampel-sampel yang ukurannya terlalu kecil dan tidak memenuhi standar.

B.     Kelebihan

-          Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
-          Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
-          Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
-          Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
-          Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

Pandangan saya teori diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada teori ini guru bertujuan agar siswa itu harus  memiliki hasil belajar yang lebih mantap, dan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melaksanakan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Dan dengan metode ini diharapkan siswa dapat belajar bebas tapi bertanggung jawab, dan murid-murid akan berpengalaman, dan bisa mengetahui berbagai kesulitan. Dengan metode ini siswa mendapatkan kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil siswa yang lain, menarik anak didik agar belajar lebih baik, punya tanggung jawab dan berdiri sendiri. Metode resitasi ini juga digunakan atau di berikan untuk merangsang anak agar anak tekun, rajin, dan giat belajar, sehingga pada pada saat kegiatan belajar mengajar mereka sudah siap.Selain itu metode ini diberikan karena dirasa bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit, dalam artian bahan banyak tapi waktu kurang seimbang.Agar bahan yang diberikan dapat sesui dengan waktu yang ada maka metode ini bisa diberikan. guru harus memperhatikan pemberian tugas diharapkan agar mengecek tugas yang diberikan, sudah dikerjakan atau belum, kemudian dievaluasikan untuk memotivasi siswa dan untuk mengetahui hasil kerja siswa.



5.     Teori Belajar Menurut Vygotsky

Teori ini dicetuskan oleh Vygotsky, pandangan menurut vygotsky mampu mengakomodasi sociocultural-revolution . Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya untuk memahami pikiran seseorang bukan menelusuri apa yang ada dibalik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari usul-usul tindakan sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya (Moll & Greenberg,1990). Peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang berasal dari kehidupan sosial demikian antara lain berkaitan erat dengan aktivitas-aktivitas dan bahasa yang digunakan. Kunci utama untuk memahami psoses-proses sosial dan psikologis manusia adalah tanda-tanda atau lambang yang berfungsi sebagai mediator (Wertsch, 1990). Mekanisme teori yang digunakannya untuk menspesifikasi hubungan antara pendekatan sosio-kultural dan pemfungsian mental didasarkan pada tema mediasi semiotic, yang artinya  tanda-tanda atau lambang-lambang beserta makna yang terkandung didalamnya berfungsi sebagai penengah antara rasionalitas dalam pendekatan sosio-kultural dan manusia sebagai tempat berlangsungnya psroses mental (Moll, 1994).
Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan, dan perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran sosial berfikir primer, sedangkan dimensi individualnya bersifat skunder (Palincser, Wertsch, dan Tulviste, dalam Supraktinya, 2002). Artinya pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial diluar dirinya. Hl ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan kokonstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang aktif pula. Konsep-Konsep penting teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembagan kognitif yang sesuai dengan revolusi-sosiokultural dalam teori belajar dan pembelajaran adalah hokum genetik tentang perkembangan (genetic law of development), zona perkembangan proksimal (zona of proximal development) dan mediasi.

Kelemahan dan Kelebihan Teori Menurut Vygotsky
A.    Kelemahan

-          Dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajarannya, peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.
-          Cakupan makna yang dipelajari menjadi lebih luas dan sulit untuk dipahami.

B.     Kelebihan

-          Berpikir. Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan sendiri.
-          Paham. Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh mengaplikasikannya dalam semua situasi.
-          Ingat. Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan mengingat lebih lama semua konsep yang telah mereka pelajari. Melalui pendekatan ini murid membina sendiri kepahaman mereka. Dengan ini, mereka akan lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

Pandangan saya teori diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada teori ini peran guru dalam kelas harus memberikan panduan sesuai dengan instruksi dalam aktivitas pembelajaran, dengan adanya petunjuk atau instruksi akan berguna untuk mengajar anak didik sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Setelah itu guru memonitor kemajuan pelajar, dan kemudian secara berangsur-angsur menyerahkan lebih banyak aktivitas kepada murid agar siswa semakin giat belajar . Peran guru pada saat itu hanya menyusun latihan-latihan dimana siswa saling berkerjasama, dengan instruksi yang mereka terima dari teman sebaya yang lebih mahir dari mereka akhirnya akan ditemukan solusi selain itu juga dengan bermain peran sebagai guru.




6.     Teori Belajar Menurut Albert Bandura

Teori  ini dicetuskan oleh Albert Bandura , ia dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanad pada 04 Desember 1925.  Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor perilaku memainkan peran penting dalam pembelajaran, faktor kognitif berupa ekspektasi atau penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan. Faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik. Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu. Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku (modeling). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca. Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.
Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura
 Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain.
Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model.
 Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif.

Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Albert Bandura
A.    Kelemahan
Jika siswa belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

B.     Kelebihan

-          Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
-          Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasan merespon) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor sosial dan kognitif.

Pandangan saya teori diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada teori ini proses pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka belajar dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling. Kalau siapapun yang ada di rumah atau di ingkungan anak sudah terbiasa belajar sejak kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak secara terus menerus dalam hidupnya. Kemudian anak ini difasilitasi dengan banyak media baik yang alami maupun buatan untuk mendorong minat belajarnya, misalnya berupa buku bacaan, buku tulis dan kelengkapannya, serta media cetak atau audio visual yang ditata secara menarik di rumah atau kelompok kelompok belajar yang ada. Orang tua dan guru harus berperan aktif agar si anak mau belajar . Proses seperti ini akan mengkristal dalam jiwa dan pikir anak sehingga menjadi perilaku yang permanen dalam hidupnya. Tidak akan mudah lekang oleh waktu dan tuntutan zaman yang semakin tidak karuan.


7.     Teori Belajar Menurut Carl Ransom Rogers

Teori ini dicetuskan oleh Carl Ransom Rogers  (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
Kognitif  (kebermaknaan)
Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Dalam keseharian di sekolah alam sama sekali tidak ditemukan proses belajar dalam artian “formal” dan konvensional. Dalam sekolah alam rasa keingintahuan anak dapat tersalurkan. Apapun yang mereka inginkan dapat mereka temukan di sekolah alam. Anak diberikan kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka tanpa dihalangi oleh ruang kelas, pakaian, peraturan sekolah yang “mematikan” daya kreativitas maupun guru yang terlalu mengatur sehingga mereka dapat menemukan sesuatu yang penting dan berarti tentang mereka dan dunia yang mengelilinginya dalam kegiatan belajar mereka. Siswa tidak hanya belajar dari teori-teori belaka yang diberikan oleh guru, mereka justru memperoleh pengetahuan dari apa yang mereka amati dan mereka perhatikan melalui proses belajar mereka. Kemampuan dasar yang ingin ditumbuhkan pada anak-anak di sekolah alam adalah kemampuan membangun jiwa, keinginan melakukan observasi, membuat hipotesa, serta kemampuan berfikir ilmiah. Belajar di alam terbuka secara naluriah akan menimbulkan suasana fun, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak-anak bahwa learning is fun, dan sekolah pun menjadi identik dengan kegembiraan. Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Di sini anak juga diarahkan untuk memahami potensi dasarnya sendiri. Setiap anak di hargai kelebihannya dan dipahami kekurangannya. Mereka diarahkan untuk belajar secara aktif. Di mana guru berperan sebagai fasilitator. Siswa belajar tidak untuk mengejar nilai, tetapi untuk memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan anak memiliki logika berpikir yang baik, mencermati alam lingkungannya menjadi media belajarnya dengan metode action learning dan diskusi. Anak-anak ,tidak hanya belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja. Mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar dari alam sekelilingnya. Jika dikaji dengan Teori Belajar Rogers, dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1.      Keinginan untuk belajar
Keinginan ini dapat mudah dilihat dengan memperhatikan keingintahuan yang sangat dan seorang anak ketika dia menjelajahi (mengeksplor) lingkungannya. Keingintahuan anak yang sudah melekat atau sudah menjadi sifatnya untuk belajar adalah asumsi dasar yang penting untuk pendidikan humanistic. Anak diberikan kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka tanpa dihalangi serta menemukan sesuatu yang penting dan berarti tentang mereka.
2.      Belajar secara signifikan
Belajar secara signifikan terjadi ketika belajar dirasakan relevan terhadap kebutuhan dan tujuan siswa. Jika siswa belajar dengan baik dan cepat, humanis menganggap ini adalah belajar secara signifikan. Belajr mempunyai tujuan dan kenyataannya dimotivasi oleh kebutuhan untuk tahu.

3.      Belajar tanpa ancaman
Belajar yang paling baik adalah memperoleh dan menguasai suatu lingkungan yang bebas dari ancaman. Bahkan membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan celaan.

4.      Belajar atas inisiatif sendiri
Belajar akan paling signifikan dan meresap ketika belajar itu atas inisiatif nya sendiri dan ketika belajar melibatkan perasaan dan pikiran itu sendiri. Belajar atas inisiatif sendiri melibatkan semua aspek seseorang, kognitif, efektif. Siswa akan merasa dirinya lebih terlibat dalam belajar, lebih menyukai prestasi dan paling penting lebih dimotivasi untuk belajar.
5.      Belajar dan berubah
Belajar yang paling bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar. Pengetahuan berada dalam keadaan yang terus berubah secara konstan, apa yang dibutuhkan seseorang adalah individu yang mampu belajar dalam lingkungan yang mampu berubah.
Carl Ransom Rogers  (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1.        Kognitif  (kebermaknaan)
2.        Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Dalam keseharian di sekolah alam sama sekali tidak ditemukan proses belajar dalam artian “formal” dan konvensional. Dalam sekolah alam rasa keingintahuan anak dapat tersalurkan. Apapun yang mereka inginkan dapat mereka temukan di sekolah alam. Anak diberikan kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka tanpa dihalangi oleh ruang kelas, pakaian, peraturan sekolah yang “mematikan” daya kreativitas maupun guru yang terlalu mengatur sehingga mereka dapat menemukan sesuatu yang penting dan berarti tentang mereka dan dunia yang mengelilinginya dalam kegiatan belajar mereka. Siswa tidak hanya belajar dari teori-teori belaka yang diberikan oleh guru, mereka justru memperoleh pengetahuan dari apa yang mereka amati dan mereka perhatikan melalui proses belajar mereka. Kemampuan dasar yang ingin ditumbuhkan pada anak-anak di sekolah alam adalah kemampuan membangun jiwa, keinginan melakukan observasi, membuat hipotesa, serta kemampuan berfikir ilmiah. Belajar di alam terbuka secara naluriah akan menimbulkan suasana fun, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak-anak bahwa learning is fun, dan sekolah pun menjadi identik dengan kegembiraan. Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Di sini anak juga diarahkan untuk memahami potensi dasarnya sendiri. Setiap anak di hargai kelebihannya dan dipahami kekurangannya. Mereka diarahkan untuk belajar secara aktif. Di mana guru berperan sebagai fasilitator. Siswa belajar tidak untuk mengejar nilai, tetapi untuk memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan anak memiliki logika berpikir yang baik, mencermati alam lingkungannya menjadi media belajarnya dengan metode action learning dan diskusi. Anak-anak ,tidak hanya belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja. Mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar dari alam sekelilingnya. Jika dikaji dengan Teori Belajar Rogers, dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1.   Keinginan untuk belajar
Keinginan ini dapat mudah dilihat dengan memperhatikan keingintahuan yang sangat dan seorang anak ketika dia menjelajahi (mengeksplor) lingkungannya. Keingintahuan anak yang sudah melekat atau sudah menjadi sifatnya untuk belajar adalah asumsi dasar yang penting untuk pendidikan humanistic. Anak diberikan kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka tanpa dihalangi serta menemukan sesuatu yang penting dan berarti tentang mereka.
2.   Belajar secara signifikan
Belajar secara signifikan terjadi ketika belajar dirasakan relevan terhadap kebutuhan dan tujuan siswa. Jika siswa belajar dengan baik dan cepat, humanis menganggap ini adalah belajar secara signifikan. Belajr mempunyai tujuan dan kenyataannya dimotivasi oleh kebutuhan untuk tahu.
3.   Belajar tanpa ancaman
Belajar yang paling baik adalah memperoleh dan menguasai suatu lingkungan yang bebas dari ancaman. Bahkan membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan celaan.
4.   Belajar atas inisiatif sendiri
Belajar akan paling signifikan dan meresap ketika belajar itu atas inisiatif nya sendiri dan ketika belajar melibatkan perasaan dan pikiran itu sendiri. Belajar atas inisiatif sendiri melibatkan semua aspek seseorang, kognitif, efektif. Siswa akan merasa dirinya lebih terlibat dalam belajar, lebih menyukai prestasi dan paling penting lebih dimotivasi untuk belajar.
5. Belajar dan berubah
Belajar yang paling bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar. Pengetahuan berada dalam keadaan yang terus berubah secara konstan, apa yang dibutuhkan seseorang adalah individu yang mampu belajar dalam lingkungan yang mampu berubah.

Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Carl Ransom Rogers
A.    Kelemahan

-          Memberikan kepercayaan kepada kelas agar memilih belajar secara terstruktur
-          Adanya kontrak antara guru dan siswa

B.     Kelebihan
-          Guru bertindak sebagai fasilitator belajar
-          Menggunakan metode simulasi
-          Mengadakan pelatihan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain saat belajar

Pandangan saya teori diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada teori ini guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan agar siswa lebih memahami pelajaran yag diberikan guru. Guru yang baik menurut teori ini adalah Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan baik mudah dan wajar dengan guru seperti itu maka siswa akan menyukai pelajaran yang diberikan guru tersebut.



8.     Teori Belajar Menurut Pask & Scott

Teori ini dicetuskan oleh Pask dan Scott , Menurut mereka ada dua macam cara berpikir yaitu cara berpikir seralis dan cara berpikir wholist atau menyeluruh. Pendekatan seralis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algotrimik. Namun apa yang di katakana sebagai cara berpikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan cara berpikir heuristic. Bedanya cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang diamati lebih dahulu, melaikan seluruh lukisan itu sekaligus baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih detail. Sedangkan cara berpikir heuristik yang dikemukakan oleh landa adalah  car berpikir devergen mengarah kebeberapa aspek sekaligus. Siswa cenderung dilakukan dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus atau detail. Sedangkan siswa tipe seralist dalm mempelajari sesuatu cenderung menggunakan cara berpikir secara algometrik. Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali yang dipelajari. Teorian pencipta. Berdasarkan pandangan  tersebut mka diasumsikan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu mengolah, menyimpan, mengorganisasikan informasi.

Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Pask & Scott
A.    Kelemahan
Teori ini dikritik karena secara tidak langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pegetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sanagat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini.

B.     Kelebihan

-          Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
-          Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
-          Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu
-          Siswa berpikir secara algometrik  

Pandangan saya teori diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Teori ini guru harus sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik belajar adalah pemprosesan informasi. Teori ini lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari agar siswa tidak ketinggalan dalam pelajaran yang diberikan dengan teknologi guru dan siswa semakin mudah dalam proses belajar dan mengajar.






9.     Teori Belajar Menurut Watson

Teori ini dicetuskan oleh Watson, Watson adalah tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah thorndike. Menurut Watson belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimul dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun smua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris resmi, karena kajiannya tentang belajar di sejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologu yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan diukur. Asumsinya bahwa, hanya dengan cara yang bakal terjadi setelah seseoramg melakukan tindak belajar.

Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Watson
A.    Kelemahan

-          Tingkah laku siswa tidak dapat diukur dan diamati
-          Guru harus memperhatikan siswa bagaimana respon ketika diberikan materi
-          Teori ini tidak dapat menjelaskan apakah siswa telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati

B.     Kelebihan

Pada teori ini siswa mengalami perubahan mental dan tingkah laku setelah ia belajar dengan efektif , dan guru memotivasi agar siswa dapat berpikir rasional .

Pandangan saya teori diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Pada teori ini pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara kompleks dan efektif siswa akan mudah menangkap atau merspon.




10.                        Teori Belajar Menurut Landa

Teori ini dicetuskan oleh Landa, ia membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu proses berpikir algometri dan proses berpikir heuristik. Proses berpikir algometric yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus menuju kesatu target tujuan tertentu. Contoh-contoh proses algometrik misalnya kegiatan menelpon, menjalankan mesin mobil, dan lain-lain. Sedangka cara berpikir heuristik, yaitu cara berpikir devergen, menuju kebeberapa target sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik. Contoh proses berpikir heuristik misalnya operasi pemilihan atribut geometri, penemuan cara pemecahan masalah, dan lain-lain.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan (dalam istilah teori sibernetik adalah sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui cirri-cirinya. Materi pembelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk terbuka dan member kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir. Misalnya agar siswa mampu memahami suatu rumusan matematika, mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algometric. Alasannya karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti urutan tahap demi tahapyang sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun untuk memahami makna suatu konseop yang lebih luas dan banyak mengandung interprestasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan lebih baik jika proses berpikir siswa dibimbing ke arah yang “ menyebar” atau berpikir heuristik , dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatic atau linier. 

Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Menurut Landa
A.    Kelemahan
Terlalu menekankan pada sisteminformasi yang dipelajari, dan kurangmemperhatikan bagaimana prosesbelajar

B.     Kelebihan

-          Dalam teori ini siswa dapat berpikir secara sistematis atau tahap ke tahap ketika belajar
-          Materi pelajaran yang diberikan guru lebih efektif, linier, dan sistematis materi yang diberikan guru bersifat tertbuka agar siswa dapat berimajinasi tentang pelajran yang diberikan guru
-          Kapabilitas belajar dapat disajikanlebih lengkap.

Pandangan saya teori diimpikasikan/diterapkan dalam pendidikan di indonesia :
Teori ini guru harus mengelolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu dan siswa berfikir sistematis ketika belajar agar hasilnya pun sesuai dengan yang ia lakukan.












BAB III
PENUTUP



A.   Kesimpulan

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui, atau keinginan untuk merubah suatu kebiasaan yang belum maju ke arah lebih maju. Sementara pembelajaran adalah kegiatan timbal balik antara yang siswa dengan guru atau guru dengan siswa. Pembelajaran memberikan kesan saling belajar, saling berdiskusi dan saling memberi. Dengan kemajuan teknologi, boleh jadi anak didik tahu materi pelajaran yang mungkin belum diketahui oleh guru maka guru boleh juga bertanya kepada siswa atau meminta penjelasan dari siswa, juga sebaliknya sebagai tugas guru adalah mengajar (materi yang sesuai dengan tuntunan kurikulum pendidikan guna untuk memberikan pengetahuan baru kepada siswa). Selanjutnya, belajar merupakan kegiatan orang sehari‑hari. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar, dan dapat diamati oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh anak didik dan ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik/guru. Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh anak didik  terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang.sebagai guru harus memberikann pelajaran yang efektif agar siswa dapat memahaminya.

B.     Saran
-          Para pembaca mampu menerapkan gaya belajar efektif dalam kehidupan sehari-hari atau dalam pendidikan.
-          Sebaiknya pihak guru / sekolah memberikan berbagai penyuluhan kepada orang tua / murid tentang betapa pentingnya belajar efektif.
-          Diharapkan para orang tua mampu mengarahkan anak-anaknya untuk belajar secara efektif dengan baik.



Mata Kuliah    : Pengembangan Pembelajaran PKN di SD

Dosen                : Dirgantara Wicaksono


DAFTAR PUSTAKA

Beihler, R.F. Snowman, J. (1982). Psychology Applied to Teaching, Fourth Edition, Boston: Houghton Mifflin Company.
Dahar, R. W, (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Degeng, I.N.S., (1989). Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Dimyati, M (1989), Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK
Dahar, R. W., (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK
Suciati & Irawan, P. (2001). Teori belajar & Motivasi. Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT, PAU.
Teori Soekamto, dkk., (1992). Prinsip Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT-PAU.

1 komentar:

  1. saya sangat menyukai informasi anda dalam meningkatkan kemampuan pengetahuan saya, trimakasih

    BalasHapus