Jumat, 08 Mei 2015

Strategi Pembelajaran Inkuiri



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Strategi Pembelajaran Inkuiri ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pembelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
SPI banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Belajar ini lebih dari sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir. Seperti yang telah dikemukakan di muka, aliran belajar kognitif selanjutnya melahirkan berbagai teori belajar, seperti teori belajar Gestalt, teori medan dan teori konstruktivisik. Menurut teori-teori belajar yang beraliran kognitif, belajar pada hakikatnya bukan peristiwa behavioral yang dapat diamati, tetapi proses mental seseorang untuk memaknai lingkungannya sendiri. Proses mental itulah yang sebenarnya aspek yang sangat penting dalam perilaku belajar. Koffka, misalnya melalui teori belajar Gestalt menjelaskan bahwa perilaku itu disebabkan karena adanya insight dalam diri siswa, dengan demikian tugas guru adalah menyediakan lingkungan yang dapat memungkinkan setiap siswa dapat menangkap dan mengembangkan insight itu sendiri. Demikian juga dalam teori medan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, menekankan bahwa belajar itu pada dasarnya adalah proses pengubahan struktur kognitif. Selanjutnya Lewin juga menekankan akan pentingnya hadiah dan kesuksesan sebagai faktor yang dapat meningkatkan motivasi belajar setiap individu.
Teori belajar lain yang mendasari (SPI) adalah teori belajar konstruktivisik. Teori belajar ini dikembangkan oleh piaget. Menurut piaget, pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Sejak kecil menurut piaget, setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Skema itu secara terus-menerus diperbarui dan diubah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian tugas adalah mendorong siswa untuk mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi itu.

B.     Rumusan Masalah
1.     Apakah Strategi pembelajaran inkuiri?
2.     Apa saja perkermbangan metal menurut Piaget?
3.     Apakah ciri-ciri dari stategi pembelajaran inkuiri?
4.     Apa saja prinsip-prinsip strategi perkembangan inkuiri?
5.     Apa sajakah langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri?
6.  Apa kesulitan-kesulitan implementasi inkuiri ?
7.     Apa sajakah Keunggulan dan kelemahan yang muncul dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri?
8. Apa jenis inkuiri menurut Moh.Amin?

C.    Tujuan
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian inkuri.
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui perkembangan mental menurut piaget.
3.      Agar mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri strategi pembelajaran inkuiri.
4.      Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip strategi pembelajaran inkuiri.
5.      Agar mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri.
6.      Agar mahasiswa dapat mengetahui kesulitan-kesulitan implementasi inkuiri.
7.      Agar mahasiswa dapat mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran inkuiri.
8.      Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis inkuiri/discovery menurut Moh.Amin.














BAB II
PEMBAHASAN

A.   Kosep Dasar Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)

Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegitan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Wina Sanjaya (2010; 195) menyatakan bahwa Strategi pembelajaran  inkuiri ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran; sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
SPI berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir kedunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, penglihatan, pendengaran dan indra-indra lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus-menerus berkembang menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah strategi inkuiri dikembangkan.
Menurut Isjoni, inkuiri merupakan suatau strategi atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya dengan:
1.     Guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas
2.     Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok    mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan
3.      Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok
4.      Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik
5.      Hasil laporan kerja kelompok kemudian dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas.

Moh. Amin ( Sudirman N, 1992 ) menguraikan tentang tujuh jenis inquiry – discovery yang dapat diikuti sebagai berikut :
1.      Guided Discovery – Inquiry Lab. Lesson
Sebagai perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.

2.      Modified Discovery – Inquiry
Guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula bahan atau alat – alat yang diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara sumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.

3.      Free Inquiry
Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajari dan mengerti bagaimana memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi tertentu serta telah melakukan modified discovery – inquiry. Dalam metode ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau dipecahkan.

4.      Invitation Into – Inquiry
Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara – cara yang lazim diikuti scientist. Suatu undangan ( invitation ) memberikan suatu problema kepada siswa, dan melalui pertanyaan masalah yang direncanakan dengan hati – hati mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai berikut : merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol, menentukan sebab akibat, menginterprestasi data dan membuat grafik.

5.      Inquiry Role Approach
Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim – tim yang masing – masing terdiri atas empat anggota untuk memecahkan Invitation Into Inquiry. Masing – masing anggota tim diberi tugas suatu peranan yang berbeda – beda sebagai berikut : koordinator tim, penasihat teknis, pencatat data dan evaluator proses.

6.      Pictorial Riddle
Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu tehnik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa didalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar atau peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu riddle biasanya berupa gambar dipapan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu transparasi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu.

7.      Syntetics Lesson
Pada dasarnya syntetict memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk metafora ( kiasan ) supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena metafora dapat membantu dalam melepaskan “ ikatan stuktur mental “ yang melekat kuat dalam memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide – ide kreatif.


Ada beberapa hal yang yang menjadi ciri utama Strategi Pembelajaran Inkuiri :
1.      Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari mata pelajaran itu sendiri.
2.      Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sndiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
3.      Tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya mengusai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal namun sebaliknya siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.

Asumsi-asumsi yang mendasari model inquiry ialah :

1.      Keterampilan berfikir kritis dan berfikir dedukatif yang diperlukan berkaitan dengan pengumpulan data yang bertalian dengan kelompok hipotesis.
2.      Keuntungan bagi siswa dari pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi, berbagi tanggung jawab , dan bersama-sama mencari pengetahuan.
3.      Kegiatan-kegiatan belajar disajikan dengan semangat berbagai inquiry dan discovery menambah motivasi dan memajukan partisipasi.

Strategi pembelajarn inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach) dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegag peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala :
-          Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
-          Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan  yang perlu pembuktian.
-          Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
-          Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
-          Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru .
-          Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

B.   Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)

SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Pengembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu  maturation, physical experience, social experience, dan equalibiration :
1.      Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, pertumbuhan sistem saraf. Pertumbuhan otak merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir (intelektual) anak. Otak bisa dikatakan sebagai pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Menurut Sigleman dan Shaffer (1995), otak terdiri dari 100 miliar sel saraf (neuron) dan setiap sel itu rata-rata memiliki sekitar 3000 koneksi (hubungan) dengan sel-sel lainnya. Neuron terdiri dari inti sel (neucleus) dan sel bodi yang berfungsi sebagai penyalur aktivitas dari sel saraf yang satu ke sel saraf lainnya.
2.      Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-beenda yag ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik yang dilakukan individu memungkinkan dapat mengembangkan aktivitas/daya pikir. Gerakan-gerakan fisik yang dilakukan pada akhirnya akan bisa ditransfer menjadi gagasan-gagasan atau ide-ide. Oleh karena itu, proses belajar yang murni tak akan terjadi tanpa adanya pengalaman-pengalaman. Bagi Piaget, aksi atau tindakan adalah komponen dasar pengalaman.
3.      Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain disamping aturannya sendiri. Ada 2 aspek pengalaman sosial yang dapat membantu perkembangan intektual .
§  Pengalaman sosial akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa.
§  Pengalaman sosial anak akan mengurangi egocentric-nya.
4.      Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya. Ada kalanya anak dituntut untuk memperbarui pengetahuan yang sudah terbentuk setelah ia menemukan informasi baru yang tidak sesuai.
Atas dasar penjelasan diatas, maka dalam penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru :
1.      Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu” yang harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat di temukan, bukan sesuatu yang tidak pasti oleh sebab itu setiap gagasan yang di kembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.

2.      Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai oroses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri. Misalnya, interaksi hanya berlangsung anatarsiswa yang mempunyai kemampuan berbicara saja walaupun pada kenyataannya pemahaman siswa tentang substansi permasalahan yang dibicarakan sangat kurang atau guru justru menanggalkan  peran sebagai pengatur interaksi itu sendiri.

3.      Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekeder untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji.

4.      Prinsip Belajar Untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptile, otak limbik, maupun otak neokortek. Pembelajarn berpikir adalah pemanfaatan atau penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, miasalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi yaitu unsure estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.

5.      Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.



C.   Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan  SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Orientasi
2.      Merumuskan masalah
3.      Mengajukan hipotesis
4.      Mengumpulkan data
5.      Menguji hipotesis
6.      Merumuskan kesimpulan
Setiap langkah dalam proses pembelajarannya dijelaskan dibawah ini :
1.      Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsife. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pemebalajaran. Berbeda dengan tahapan preparation dalam strategi pembelajaran ekspositori (SPE) sebagai langkah untuk mengkondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah orientasi dalam strategi pembelajaran inkuiri (SPI), guru merangsang dan mengajak siswa untuk brrpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang  sangat penting. Keberhasilan SPI sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemapuan itu tak mungkin  proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah :
§  Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
§  Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahapan ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
§  Menjelaskan pentingnya topic atau kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.


2.       Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebakan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yag tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Ini penting dalam pembelajaran inkuiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah diantaranya :
§  Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan merumuskan motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam guru sebaiknya tidak merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topic yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
§  Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengadung teka-teki yang yang jawabannya benar. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
§  Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan siswa dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakala ia belum paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.


3.      Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.    

4.      Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukan oleh gejala-gejala ketidakbergairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala semcam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus member dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga terangsang untuk berpikir.

5.      Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yag dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus dudukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6.      Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proes mendeskripsikan temuan yang diperoleh betdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak focus terhadap masalah yag hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

D.   Strategi Pembelajaran Inkuiri sosial
Pada awalnya strategi pembelajaran inquiri banyak diterapkan dalam ilmu – ilmu alam ( natural science ). Namun demikian, para ahli pendidikan ilmu sosial mengadopsi strategi inquiri yang kemudian dinamakan inquiri sosial. Hal ini didasarkan pada asumsi pentingnya pembelajaran IPS pada masyarakat yang semakin cepat berubah, seperti yang dikemukakan Robert A. Wilkins ( 1990 : 85 ) yang menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang terus – menerus mengalami perubahan, pengajaran IPS harus menekankan kepada pengembangan berfikir. Terjadinya ledakan pengetahuan, menurutnya, menuntut perubahan pola mengajar dari yang hanya sekedar mengingat fakta yang biasa dilakukan melalui strategi pembelajaran dengan metode kuliah ( lecture ) atau dari metode latihan ( drill ) dalam pola tradisional, menjadi pengembangan kemampuan berfikir kritis ( critical thinking ). Strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir itu adalah strategi inkuiri sosial.
Menurut Bruce Joyce, inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial ( sosial family ), sub kelompok konsep masyarakat ( concept of society ). Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karna itulah siswa harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan persoalan – persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya.
Menurut Joyce, lebih dari satu abad istilah inkuiri mengandung makna sebagai salah satu usaha ke arah pembaruan pendidikan. Namun demikian, istilah inkuiri sering digunakan dalam bermacam – macam arti. Ada yang menggunakannya berhubungan dengan strategi mengajar yang berpusat pada siswa, ada juga yang menghubungkan istilah inkuiri dengan mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan dan merefleksikan sifat – sifat kehidupan sosial, terutama untuk melatih siswa agar hidup mandiri dalam masyarakatnya.
Selanjutnya, ada tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial. Pertama, adanya aspek ( masalah ) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Kedua, adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri. Ketiga, penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis.
Dari karakteristik inkuiri seperti yang telah diuraikan diatas, maka tampak inkuiri sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan inkuiri pada umumnya. Perbedaannya terletak pada masalah yang dikaji adalah masalah – masalah sosial atau masalah kehidupan masyarakat.

E.    Kesulitan – Kesulitan Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dianggap baru khususnya diindonesia. Sebagai suatu strategi baru, dalam penerapannya terdapat beberapa kesulitan.
-          Pertama, SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berfikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai proses menyampaikan informasi yang lebih menekankan kepada hasil belajar, banyak yang merasa keberatan untuk mengubah pola mengajarnya. Bahkan ada guru yang mengaggap SPI sebagai strategi yang tidak mungkin dapat diterapkan karena tidak sesuai dengan budaya dan sistem pendidikan di Indonesia. Memang, untuk mengubah suatu kebiasaan bukanlah pekerjaan mudah, apalagi sifat guru yang cenderung Konvensional, sulit untuk menerima pembaruan – pembaruan.
-          Kedua, sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar semacam itu sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berfikir. Mereka akan sulit manakala disuruh untuk bertanya. Demikian juga dalam menjawab pertanyaan. Mereka akan mengalami kesulitan untuk menjawab setiap pertanyaan, walaupun pertanyaan itu sangat sederhana. Biasanya siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk mrumuskan jawaban dari suatu pertanyaan.
-          Ketiga, berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir melalui pendekatan student active learning atau yang kita kenal CBSA, atau melalui anjuran penggunaan kurikulum berbasis kompetensi ( KBK ), namun dilain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem ujian akhir nasional ( UAN ) berorientasi pada pengembanagn akspek kognitif. Tentu saja hal ini bisa menambah kebingungan guru sebagai pelaksana di lapangan. Guru akan mendua hati, apakah ia akan melaksanakan pola pembelajaran dengan menggunakan inkuiri sebagai strategi pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, atau akan mengembangkan pola pembelajaran yang diarahkan agar siswa dapat mengerjakan atau menjawab soal – soal hafalan.  


F. Keunggulan dan Kelemahan SPI
1. keunggulan
    SPI merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
a.       SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b.      SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.       SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikolog belajar modern yang mengaggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d.      Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata – rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

2. Kelemahan
    Disamping memiliki keunggulan, SPI juga memiliki kelemahan, diantaranya :
a.       Jika SPI digunakan sebagai strategi [embelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b.      Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karna terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c.       Kadang – kadang dalam mengimpelentasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sering sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegitan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Prose situ sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering dinamakan strategi heuristic yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Wina Sanjaya membaginya menjadi tiga ciri utama, yakni: Srategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, dan tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Wina Sanjaya menyatakan bahwa tujuan utama pembelajaran menggunakan strategi inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Dalam strategi pembelajran inkuiri terdapat terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Adapun prinsip-prinsip tersebut meliputi: prinsip berorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar untuk berpikir, prinsip keterbukaan. Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut yakni: orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan.





DAFTAR PUSTAKA



Wina, Sanjaya, 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

 Isjoni, dkk, 2007. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Mata Kuliah    : Pengembangan Pembelajaran PKN di SD


Dosen                : Dirgantara Wicaksono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar