Model Pembelajaran Role Playing
Model Pembelajaran role playing adalah model bermain peran dengan cara memberikan
peran-peran tertentu atau serangkaian situasi-situasi belajar kepada murid
dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru dan
didramati-sasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas. Menurut Joyce dan Weil (2000) Bermain
peran (role-playing) adalah strategi pengajaran yang termasuk ke dalam kelompok
model pembelajaran sosial (social models). Strategi ini menekankan sifat
sosial pembelajaran, dan memandang bahwa perilaku kooperatif dapat merangsang
siswa baik secara sosial maupun intelektual.Jill Hadfield (1986) Hadfield
menyebutkan bahwa strategi bermain peran (role playing) adalah suatu permainan
gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang
Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas.
Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas.
Langkah-Langkah Role Playing :
1.
Guru
menyiapkan skenario permainan
2.
Menunjuk
beberapa murid untuk mempelajari skenario tersebut
3.
Pembentukan kelompok murid
4.
Penyampaian
kompetensi
5.
Menunjuk
murid untuk mekakukan skenario yang telah dipelajarinya
6.
Kelompok murid membahas peran yang dilakukan
pelakon
7.
Presentasi
hasil kelompok
8.
Bimbingan
penyimpulan dan refleksi
Kelebihan Model Pembelajaran Bermain
Peran (role playing)
Bermain
peran adalah strategi mengajar yang memiliki beberapa kelebihan baik bagi siswa
maupun bagi guru.
1. Model Pembelajaran bermain peran
dapat meningkatkan minat siswa
Poorman
(2002) menyebutkan bahwa menurut hasil penelitian, strategi bermain peran dapat
meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran dan materi pelajaran,
sehingga dengan demikian juga dapat meningkatkan pemahaman terhadap
konsep-konsep yang sedang dibelajarkan kepada mereka. Apalagi untuk
mempersiapkan pembelajaran dengan strategi ini mereka harus terlebih dahulu
melakukan studi tentang karakter atau tokoh yang akan diperankan atau dibuat
skenarionya.
Fogg
(2001) menyatakan bahwa pada kelas-kelas sejarah dimana para guru menjadi bosan
dengan pembelajarannya dan menunjukkan kurangnya keterlibatan siswa dalam
pembelajaran dapat diperbaiki dengan penerapan strategi bermain peran. Dari
hasil pengamatan Fogg, siswa menjadi lebih tertarik dengan bahan pembelajaran
yang diberikan.
2. Model pembelajaran bermain peran
(role playing) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
Sebagaimana diketahui, siswa bukanlah botol
kosong yang dengan serta-merta menerima ilmu pengetahuan yang diberikan oleh
guru. Mereka harus terlibat aktif dalam kegiatan proses pembelajaran baik secara
hands on maupun minds on. Berdasarkan
penelitian Poorman (2002), siswa yang diwawancarai mengatakan bahwa dengan
strategi bermain peran yang dilaksanakan oleh guru, membuat mereka ingin
terlibat aktif melakukan sesuatu dalam pembelajaran. Hal ini senada sebagaimana yang diteliti Fogg
(2001) bahwa pembelajaran yang menggunakan strategi bermain peran meningkatkan
keaktifan siswa
Mata
Kuliah : Pembelajaran Pkn di sd
Dosen
: Dirganta Wicaksono, M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar