Kamis, 18 Juni 2015

Model Pembelajaran Role Playing




Model Pembelajaran Role Playing

Model Pembelajaran role playing adalah model bermain peran dengan cara memberikan peran-peran tertentu atau serangkaian situasi-situasi belajar kepada murid dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru dan didramati-sasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas.  Menurut Joyce dan Weil (2000) Bermain peran (role-playing) adalah strategi pengajaran yang termasuk ke dalam kelompok model pembelajaran  sosial (social models). Strategi ini menekankan sifat sosial pembelajaran, dan memandang bahwa perilaku kooperatif dapat merangsang siswa baik secara sosial maupun intelektual.Jill Hadfield (1986) Hadfield menyebutkan bahwa strategi bermain peran (role playing) adalah suatu permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang
Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. 

Langkah-Langkah Role Playing :
1.      Guru menyiapkan skenario permainan
2.      Menunjuk beberapa murid untuk mempelajari skenario tersebut
3.       Pembentukan kelompok murid
4.      Penyampaian kompetensi
5.      Menunjuk murid untuk mekakukan skenario yang telah dipelajarinya
6.       Kelompok murid membahas peran yang dilakukan pelakon
7.      Presentasi hasil kelompok
8.      Bimbingan penyimpulan dan refleksi


Kelebihan Model Pembelajaran Bermain Peran (role playing)
Bermain peran adalah strategi mengajar yang memiliki beberapa kelebihan baik bagi siswa maupun bagi guru.
1.      Model Pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan minat siswa
Poorman (2002) menyebutkan bahwa menurut hasil penelitian, strategi bermain peran dapat meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran dan materi pelajaran, sehingga dengan demikian juga dapat meningkatkan pemahaman terhadap konsep-konsep yang sedang dibelajarkan kepada mereka. Apalagi untuk mempersiapkan pembelajaran dengan strategi ini mereka harus terlebih dahulu melakukan studi tentang karakter atau tokoh yang akan diperankan atau dibuat skenarionya.
Fogg (2001) menyatakan bahwa pada kelas-kelas sejarah dimana para guru menjadi bosan dengan pembelajarannya dan menunjukkan kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat diperbaiki dengan penerapan strategi bermain peran. Dari hasil pengamatan Fogg, siswa menjadi lebih tertarik dengan bahan pembelajaran yang diberikan.

2.      Model pembelajaran bermain peran (role playing) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
Sebagaimana diketahui, siswa bukanlah botol kosong yang dengan serta-merta menerima ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru. Mereka harus terlibat aktif dalam kegiatan proses pembelajaran baik secara hands on maupun minds on.  Berdasarkan penelitian Poorman (2002), siswa yang diwawancarai mengatakan bahwa dengan strategi bermain peran yang dilaksanakan oleh guru, membuat mereka ingin terlibat aktif melakukan sesuatu dalam pembelajaran.  Hal ini senada sebagaimana yang diteliti Fogg (2001) bahwa pembelajaran yang menggunakan strategi bermain peran meningkatkan keaktifan siswa 



Mata Kuliah : Pembelajaran Pkn di sd
Dosen : Dirganta Wicaksono, M.Pd


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar